Home » Rumah » Urban Farming di Rumah: Tips + Manfaat

Urban Farming di Rumah: Tips + Manfaat

Urban farming adalah kegiatan menanam tumbuhan-tumbuhan konsumsi di daerah perkotaan. Kegiatan ini kini makin populer karena kesadaran masyarakat akan kesehatan dan lingkungan. Ciri khas dari urban farming adalah memanfaatkan ruang kosong / terbuka perkotaan semaksimal mungkin.

Urban farming berkembang jadi kegiatan yang fleksibel dilakukan di mana saja: pekarangan, teras, balkon, rooftop, dan sebagainya. Penanaman ini dapat juga menggunakan barang-barang bekas seperti kaleng, pipa / peralon, wadah styrofoam, hingga botol plastik.

Beberapa contoh tanaman yang dapat dibudidayakan dengan urban farming:

  • Sayuran: sawi, selada, pak choy, kucai, bayam, kailan, kangkung, seledri
  • Tanaman bumbu: sereh, pandan, cabai, (daun) jeruk
  • Akar-akaran / umbi-umbian: jahe, lengkuas, ketela, talas, singkong
  • Buah-buahan: tomat, melon, timun, anggur, strawberry, semangka

 

Manfaat Urban Farming

Selain bermanfaat sebagai sumber pangan / konsumsi, urban farming juga punya beberapa manfaat lainnya. Misalnya:

1. Manfaat Ekonomis

Urban farming membantu ketersediaan pangan. Bahan pangan ini bisa dikonsumsi sendiri sehingga menghemat biaya, atau dijual agar mendapat keuntungan. Namun, biasanya urban farming di rumah masih diutamakan untuk konsumsi pribadi dan keluarga sehari-hari.

Masyarakat sering mengira kalau produksi sayuran / buah di rumah tidak dapat banyak. Padahal, menurut organisasi makanan dan agrikultur PBB, FAO, satu meter persegi lahan saja dapat menghasilkan 100 bawang per bulan, 10 kol per 3 bulan, 36 bonggol selada per dua bulan, bahkan 30 kg tomat per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jika benar-benar dikembangkan, maka memang dapat menghemat anggaran belanja Anda.

Baca juga:

2. Manfaat Kesehatan

Urban farming dapat dikontrol sesuai keinginan Anda agar tidak diberi bahan-bahan kimia / tambahan lainnya yang tidak menyehatkan. Para ahli pun sangat menganjurkan agar menggunakan pupuk alami non kimia. Hasil panen pun bisa lebih segar karena langsung dimanfaatkan, tidak perlu lewat proses pengemasan, penyimpanan, distribusi, dan lain-lain seperti jika belanja di luar.

Menanam sayuran dan buah di rumah juga mendorong agar anggota keluarga lebih sering mengonsumsi buah dan sayur. Hal ini penting terutama bagi anak-anak. Anda akan punya suplai asupan buah dan sayur yang selalu tersedia di rumah bagi anak-anak.

Baca juga: Rumah sehat menurut Kemenkes & WHO

Kegiatan urban farming juga menyehatkan secara fisik. Anda dan anggota keluarga akan lebih banyak beraktivitas untuk menanam, merawat, dan memanen. Kegiatan ini bisa jadi kegiatan alternatif bagi anak-anak agar tidak melulu menghabiskan waktu bersama gadget.

3. Manfaat Lingkungan

Menanam tanaman di rumah artinya memanfaatkan tanah, membuat tanah semakin subur. Jika banyak, maka tanaman-tanaman tersebut dapat menciptakan lahan hijau, merindangkan sekitar, mengurangi panas, dan polusi udara.

Urban farming juga perlu memperhatikan estetika penanaman. Pastikan ditanam dengan teratur dan rapi agar menambah keindahan dan dekorasi taman / rumah Anda. Keindahan kebun / taman Anda dapat meningkatkan kenyamanan dan mood Anda selama berada di rumah.

Baca juga: Tips dekorasi taman

4. Manfaat Sosial

Urban farming dapat dilakukan bersama-sama. Anda dapat mengajak anggota keluarga lainnya untuk menanam, merawat, dan memanen tanaman bersama-sama. Kegiatan-kegiatan seperti ini dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan erat antar anggota keluarga, terutama jika sehari-hari sudah sibuk karena sekolah / kerja.

Jika cukup besar, Anda dapat mengajak tetangga / kerabat untuk memanen bersama-sama. Hasil panen lalu dapat dibagi-bagikan, sehingga menambah keakraban dan hubungan dengan orang lain.

 

Jenis Media / Metode Tanam Urban Farming

Ada beberapa metode / media menanam tumbuhan konsumsi di lahan sempit perkotaan. Biasanya, urban farming menerapkan beberapa metode berikut:

1. Tanam di Pekarangan

menanam di pekarangan
Urban farming konvensional memanfaatkan pekarangan (Benih Pertiwi)

Jika Anda punya lahan yang cukup luas, maka metode ini lebih menguntungkan. Anda dapat menanam lebih banyak sayuran / buah. Selain itu, pengairan juga terjamin dari air hujan. Hasil panennya juga dapat lebih banyak, sehingga dapat dimanfaatkan keluarga, kerabat, tetangga, atau bahkan dijual lagi.

Sebaliknya, metode ini perlu perawatan yang ekstra juga. Anda perlu meluangkan waktu rutin untuk merawat dan mengecek pekarangan secara berkala. Selain itu, menanam di pekarangan juga rawan tidak rapi dan jadi sarang hama, seperti tikus, ular, tokek, dan sebagainya.

2. Tanam di Pot

urban farming pot
Urban farming di rooftop pakai pot (Pinterest)

Cara ini memanfaatkan pot yang dapat ditaruh di berbagai tempat. Anda dapat manfaatkan lahan kosong seperti di beranda, teras, jendela, dapur, bahkan rooftop. Di gedung-gedung tinggi, banyak yang menerapkan urban farming di rooftop. Jika di rooftop, maka penanaman dapat dilakukan skala besar dan jadi sarana kegiatan banyak orang.

Sebenarnya, bahkan pot-pot kecil pun dapat ditanami tanaman konsumsi. Tanaman-tanaman seperti cabai, jeruk, dan lainnya dapat ditanam di pot-pot kecil dan tetap menghasilkan buah / daun yang dapat dimanfaatkan.

3. Metode Hidroponik

urban farming hidroponik
Urban farming hidroponik (Rumah123)

Metode ini populer digunakan dalam kegiatan menanam di rumah. Metode ini yaitu dengan menggunakan air (ada yang pakai tanah, ada yang tidak). Biasanya, pakai peralon yang memanjang lalu dilubangi tiap 5-10 cm. Kemudian, diisi air, lalu bibit sayur-sayuran ditaruh di lubang-lubang tersebut.

Sayuran-sayuran yang cocok dibudidayakan secara hidroponik misalnya:

  • Selada
  • Bayam
  • Kale
  • Tomat
  • Timun
  • Kangkung
  • Pak Choy
  • Kemangi
  • Wortel

4. Metode Akuaponik

urban farming akuaponik
Urban farming akuaponik (Jirifarm)

Metode ini menggabungkan budidaya tanaman dan ikan dalam satu ekosistem. Artinya, budidaya tanaman dan budidaya ikan saling bergantung dan berhubungan. Dengan cara ini, nutrisi tanaman didapatkan dengan cara mengolah limbah / kotoran yang dihasilkan ikan.

Tanaman yang cocok untuk metode ini misalnya kangkung, pak choy, dan selada. Ikan yang cocok untuk metode akuaponik misalnya mujair, ikan mas, dan ikan lele.

5. Metode Vertikultur

urban farming vertikultur
Urban farming vertikultur (Mitalom)

Metode vertikultur adalah metode menanam secara vertikal / bertumpuk. Biasanya pakai botol bekas lalu disusun bertingkat. Cocok dilakukan di ruang sempit / terbatas. Tanaman ditanam dipot, lalu disusun di rak atau digantung di tembok secara vertikal.

 

Tips Urban Farming

Berikut beberapa tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam urban farming:

  • Gunakan wadah-wadah bekas, seperti botol plastik, kaleng, pralon, ban, vas bekas, dan lain-lain.
  • Mulai secara bertahap dan skala kecil dahulu. Terlalu banyak tanaman maka akan membuat Anda kerepotan. Coba dulu pakai bibit yang mudah tumbuh dan cepat panen, sehingga membuat Anda semangat karena cepat mendapat reward dari kegiatan urban farming.
  • Perhatikan tanah tempat menanam. Pastikan menggunakan tanah kebun yang kaya akan zat hara. Jika tidak tersedia, Anda bisa mengganti tanah dengan bahan-bahan substrat, seperti kulit kacang, sabut kelapa, sekam padi, air yang dicampur pupuk, dan sebagainya.
  • Manfaatkan air hujan atau air sisa untuk pengairan. Pastikan suplai air cukup, tidak terlalu banyak dan juga tidak kekurangan. Biasanya, tiap satu meter persegi lahan butuh 3 liter air per hari.
  • Hindari pakai pupuk yang mengandung pestisida. Misalnya dari sampah sisa makanan, kulit telur, kulit pisang, kotoran hewan peliharaan, dan sebagainya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *