Home » Parenting » Autisme : Pengertian / Ciri / Penyebab

Autisme : Pengertian / Ciri / Penyebab

Autisme merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris yaitu autism. Autisme adalah gangguan perkembangan yang gejalanya muncul saat anak berusia 1-4 tahun. Autisme pada anak memiliki ciri umum yaitu :

  • Cenderung sibuk dengan dunianya sendiri.
  • Rendahnya kemampuan untuk bersosialisasi.
  • Munculnya perilaku berulang yang sering dilakukan anak.
  • Memiliki fungsi berbahasa yang buruk atau kemampuan bicara yang sangat terbatas.

 

Pengertian Autis dan Autisme

Autis adalah kata turunan dari autisme, berasal dari kata bahasa Inggris yaitu autistic. Dalam istilah medis, autisme disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Pengertian autis sebenarnya merujuk pada pengertian autisme. Autis adalah penyakit gangguan perkembangan yang biasanya terjadi sejak masa kanak-kanak.

Orang dengan autisme disebut dengan individu autistik. Anak autis adalah sebutan bagi anak dengan autisme. Namun, sebenarnya sebutan anak autis kurang tepat karena anak penderita autisme lebih tepat disebut sebagai anak autistik atau individu autistik

Autisme pada anak terjadi karena adanya gangguan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan bersosialisasinya. Anak autis tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga kemampuannya untuk bersosialisasi dengan orang lain menjadi terganggu.

 

Ciri Anak Autis

Ciri autisme pada anak dapat terlihat dari ciri autisme secara umum yaitu:

  • Gangguan interaksi sosial.
  • Gangguan komunikasi.
  • Perilaku repetitif hanya terbatas di satu minat anak.
  • Gerakan diulang-ulang.

Namun, ciri ciri anak autis juga dapat berbeda tergantung jenis autis yang diderita oleh anak autis. Tanda tanda autisme penting untuk diwaspadai karena terdapat berbagai metode yang memungkinkan anak autis menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Berikut 3 gangguan utama yang biasanya menjadi ciri anak autis:

Komunikasi Interaksi Sosial Perilaku Khas
Sulit berbicara. Asyik dengan dunianya sendiri. Memiliki 1 minat khusus yang unik dan tidak berubah.
Sulit memahami pembicaraan orang lain. Sulit membaur dengan orang-orang di sekitarnya. Cenderung mudah marah disertai dengan suara racauan tertentu.
Sulit membaca dan menulis. Sulit melakukan kontak mata dengan orang lain. Suka mengibaskan tangan dan memutar badan lalu mengulanginya.
Sulit mengikuti petunjuk. Tidak mudah berteman. Suka menyimpan batu.
Tidak bisa memulai percakapan. Tidak memahami rasa sakit/sedih yang dirasakan orang lain sehingga cenderung terlihat egois. Hanya menyukai sedikit jenis makanan dan bisa makan hal yang sama terus-menerus.
Sulit memahami bahasa tubuh seperti menunjuk/melambai. Sulit bermain dalam kelompok dan tidak bisa berbagi mainan dengan teman. Berlebihan dalam menyentuh/mencium objek yang membuat ia tertarik.

 

Jenis Autisme

Jenis autis terbagi menjadi lima. Klasifikasi jenis jenis autis ini berdasarkan hasil penelitian International Classification of Disease and American Psychiatric Association. Berikut 5 jenis autis yang sudah kami rangkum untuk Anda.

 

1. Autisme Masa Kanak-Kanak / Childhood Autism

Autisme pada anak jenis ini memiliki gejala autisme yang terlihat jelas sebelum anak berusia 3 tahun. Anak autis yang termasuk dalam childhood autism memiliki ciri ciri autis sebagai berikut:

  • Interaksi sosial terbatas.
  • Komunikasi tidak jelas.
  • Tingkah laku yang cenderung terbatas dan pasif.
  • Memiliki gerakan yang diulang-ulang.

 

2. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified / PDD-NOS

Anak autis jenis PDD-NOS termasuk anak autis ringan. Gejala autis ringan tidak separah childhood autism. Anak autis dengan diagnosa PDD-NOS masih dapat diajak berkomunikasi meskipun terbatas. Ciri anak autis PDD-NOS yaitu anak masih dapat bertatap mata dan bersenda gurau. Ekspresi wajah anak autis PDD-NOS tidak terlalu datar seperti anak autis childhood autism.

 

3. Gangguan Disintegratif Masa Kanak-Kanak / Childhood Disintegrative Disorder

Anak autis dengan gangguan disintegratif memiliki gejala autisme yang muncul setelah usia 3 tahun. Tanda anak autis tidak terlihat pada anak autis jenis ini sampai suatu saat tumbuh kembangnya mengalami kemunduran.

Tumbuh kembang anak normal hingga usia 2 tahun. Semakin besar, anak autis dengan gangguan disintegratif akan kehilangan kemampuan yang sebelumnya sudah dikuasai dengan baik.

 

4. Sindrom Rett / Rett’s Syndrome

Sindrom Rett adalah sindrom gangguan perkembangan yang hanya ditemukan pada anak perempuan. Anak autis dengan sindrom rett sudah memiliki gejala autis pada bayi sejak usia 6 bulan. 

Ciri ciri autis pada bayi dapat dilihat dari ukuran kepala yang perlahan mengecil dari usia 5 bulan hingga 4 tahun. Tanda autisme lain yang juga terlihat pada Sindrom Rett, yaitu :

  • Gerakan tangan anak tidak bisa dikendalikan.
  • Gerakan tangan yang terus menerus.
  • Tidak memiliki gerakan yang terarah.
  • Memiliki gangguan komunikasi.
  • Anak cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.

 

5. Sindrom Asperger / Asperger Syndrome

Sindrom Asperger lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Ciri autis yang terlihat pada sindrom ini yaitu anak kurang mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak autis dengan Sindrom Asperger tidak memiliki masalah pada kecerdasan dan penguasaan bahasa.

Anak autis jenis ini malah cenderung sangat cerdas dan mahir dalam bahasa. Mereka memiliki ekspresi wajah yang datar dan kurang peka terhadap sekitar. Sindrom Asperger juga membuat anak autis memiliki gangguan motorik dan kondisi fisik yang lemah. Sindrom Asperger ini menyerang anak-anak dan bertahan hingga mereka dewasa. 

Penyebab Anak Autis

Penyebab anak autis masih belum dapat dibuktikan secara jelas. Namun, beberapa penelitian yang fokus meneliti autisme menyatakan bahwa penyebab anak autis adalah gabungan antara faktor genetik dengan berbagai paparan negatif dari lingkungan.

Sebagian penelitian tentang autisme menemukan adanya mutasi sejumlah gen pada anak autis. Gen yang diteliti berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan, dan distribusi sel saraf otak. Mutasi pada salah satu gen tersebut dapat menyebabkan kelainan sel saraf otak yang dapat memicu autisme. Namun, tidak semua mutasi gen terbukti berpengaruh sebagai penyebab anak autis sehingga masih perlu diteliti lebih lanjut.

Selain mutasi gen, para peneliti juga mengungkapkan beberapa faktor yang berpotensi sebagai penyebab anak autis, yaitu :

  • Usia ibu hamil saat mengandung.
  • Komplikasi kehamilan.
  • Masalah saat persalinan.

Jalani kehamilan yang sehat untuk meminimalisasi penyebab anak autis. Anda juga bisa rutin melakukan kontrol kehamilan dan USG ibu hamil di dokter kandungan untuk mewaspadai munculnya sindrom autisme pada calon bayi Anda.

Terapi Autisme

Ciri ciri autis pada anak tidak bisa didiagnosa dalam satu tes khusus. Orang tua yang mencurigai anaknya memiliki gejala anak autis dapat berkonsultasi ke tenaga kesehatan yang lebih paham mengenai ciri autisme. Dokter anak dan psikolog anak adalah tenaga kesehatan yang biasa melakukan observasi ke anak-anak dengan ciri autis.

Dokter anak biasanya akan melakukan observasi pada anak dengan ciri autisme dan wawancara mendalam terhadap orang-orang terdekat si anak. Observasi pada anak dengan gejala autisme meliputi kriteria-kriteria spesifik yang dapat berujung pada satu diagnosa medis.

Setelah mendapat diagnosa medis, anak autis akan diarahkan untuk menjalani terapi autis. Terapi autis dapat dilakukan bukan untuk sembuh dari autisme. Hal ini karena autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan dan bukan sebuah penyakit. Anak autis dapat menjalani terapi autis agar dapat beradaptasi dengan berbagai situasi. Dengan terapi autis, anak autis diharapkan memiliki kehidupan sosial yang setara dengan anak normal.

Terapi Untuk Anak Autis

Terapi untuk anak autis memiliki beberapa cara terapi autis. Berikut terapi autisme pada anak beserta penjelasan singkatnya yang sudah kami rangkum dalam sebuah tabel.

Jenis Terapi Autis Penjelasan
Terapi Wicara Dilakukan untuk memperbaiki kemampuan bicara dan berkomunikasi karena biasanya anak autis biasanya memiliki kesulitan dalam berbicara.
Terapi Okupasi Terapi untuk anak autis yang digunakan untuk memperbaiki perkembangan motorik halus.
Terapi Perilaku Anak dengan autisme umumnya sangat sensitif dengan suara, sentuhan, dan cahaya sehingga perlu terapi yang memperbaiki tingkah laku anak autis.
Cara terapi perilaku diawali dengan menemukan latar belakang perilaku anak autis untuk kemudian dicari solusi terbaik oleh tim ahli.
Terapi Pendidikan Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, sosial, dan tingkah laku anak autis.
Melibatkan tim ahli yang menerapkan beraneka ragam aktivitas agar anak autis dapat menjalani program pendidikan yang terarah dan terstruktur dengan baik.
Terapi Alternatif Biasanya terdiri dari akupuntur dan terapi khelasi untuk pembuluh darah.

 

Makanan Untuk Anak Autis

Selain terapi autis, makanan untuk anak autis juga perlu diperhatikan. Anak autis tidak diperbolehkan mengkonsumsi gluten. Gluten adalah unsur protein yang terdapat pada sebagian besar produk tepung dan gandum. Penelitian menyatakan gluten dapat menjadi salah satu faktor yang berbahaya bagi saraf anak autis.

Gluten dapat berubah menjadi zat morfin dalam tubuh anak autis. Salah satu zat morfin yang berbahaya bagi saraf anak autis adalah rantai beta morfin peptida. Zat ini tidak dapat diserap oleh tubuh anak autis sehingga dapat masuk ke peredaran darah dan merusak saraf.

Anak autis juga tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung kasein. Kasein adalah protein yang terdapat pada produk susu dan turunannya. Asupan gula pada anak autis juga perlu dibatasi. Gula dapat menjadi faktor penyebab perilaku anak autis menjadi lebih tidak terkendali.

Baca Juga: Tantrum Pada Anak: Penyebab / Jenis / Cara Atasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *