Home » Parenting » Stunting: Penyebab / Akibat / Cara Cegah

Stunting: Penyebab / Akibat / Cara Cegah

Akibat stunting pada anak-anak Indonesia diprediksi dapat mempengaruhi produktivitas nasional secara keseluruhan. Berikut beberapa hal mengenai stunting yang perlu Anda ketahui untuk mencegah dan mengetahui penyebab stunting pada anak.

 

Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak 0-59 bulan karena kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Kondisi ini dapat dideteksi dari postur tubuh anak yang jauh lebih pendek dari standar anak seusianya. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan dari WHO.

Kurangnya nutrisi dan gizi buruk dalam waktu yang lama tidak hanya berpengaruh pada fisik anak, tetapi juga berpengaruh ke otak anak. Anak dalam kategori stunting biasanya juga memiliki keterlambatan dalam berpikir. 

 

Stunting di Indonesia

Pemerintah Indonesia sudah berhasil menurunkan jumlah kasus stunting sebanyak 37,2% di tahun 2013 menjadi 30,8% di tahun 2018. Namun, angka ini masih di atas batas WHO yang menetapkan 20% sebagai angka maksimal stunting di sebuah negara. Dengan kata lain, 3 dari 10 balita di Indonesia mengalami stunting. Hal ini membuat Indonesia menempati posisi ke-2 jumlah stunting terbanyak di Asia Tenggara setelah Laos dengan prevalensi stunting mencapai 43,8%.

 

akibat stunting di Indonesia
Data Stunting di Indonesia 2013 – 2018

 

Pemerintah menargetkan pembangunan SDM sebagai prioritas dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia. Beberapa program pemerintah tersebut, yaitu menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah.

 

Penyebab Stunting

Penyebab stunting yang utama adalah kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupannya. Periode 1000 hari pertama dihitung dari awal kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Selama periode tersebut, asupan gizi yang masuk harus dijaga dengan baik agar anak terhindar dari risiko stunting.

Penyebab stunting bisa terjadi mulai dari awal kehamilan. Jika ibu hamil tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi, otomatis asupan vitamin ke janin juga terhambat dan mempengaruhi kesehatan bayi baru lahir. Berikut beberapa faktor penyebab stunting pada anak.

  1. Masalah pada kehamilan
  2. Masalah saat dan setelah melahirkan
  3. Masalah saat menyusui sehingga bayi tidak mendapat ASI eksklusif
  4. Pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi bayi
  5. Kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk

 

Akibat Stunting

Akibat stunting pada balita biasanya baru akan terlihat setelah menginjak usia 2 tahun, yaitu setelah periode 1000 hari pertamanya berakhir. Akibat stunting jangka pendek yang dapat terlihat dengan jelas adalah postur tubuh anak yang jauh lebih pendek atau kecil dibanding anak-anak seusianya. 

Akibat Stunting pada Anak

Berikut akibat terjadinya stunting dalam jangka panjang yang bisa berpotensi menyerang anak-anak jika tidak mendapat nutrisi yang cukup pada 1000 hari pertamanya.

  1. Lemahnya sistem imunitas tubuh sehingga rentan terhadap infeksi
  2. Meningkatkan risiko kerusakan otak
  3. Meningkatkan risiko penyakit serius seperti diabetes dan jantung pada saat anak beranjak dewasa
  4. Terganggunya perkembangan kognitif
  5. Kemampuan belajar rendah
  6. Meningkatkan risiko obesitas karena terganggunya fungsi organ tubuh pencernaan
  7. Berpengaruh pada produktivitas ekonomi pada saat dewasa 

Akibat stunting yang tidak dapat disepelekan tersebut dapat menjadi pengingat orang tua agar dapat mencegah terjadinya stunting.

Akibat Stunting dalam Lingkup Nasional

Jika tidak ditangani dengan baik, akibat stunting pada anak dapat berpengaruh kepada produktivitas nasional. Akibat bayi stunting juga mengancam masa depan generasi muda di Indonesia jika prevalensi stunting di Indonesia tidak kunjung turun.

Akibat stunting jangka panjang juga dapat berpengaruh pada kualitas SDM suatu negara dan membuat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) turun. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), persoalan stunting diperkirakan dapat menyebabkan hilangnya 3% PDB Indonesia atau senilai Rp 300 triliun. Angka ini setara dengan 13,8% proyeksi pendapatan negara tahun 2019.

 

Ciri-ciri Stunting

Berikut ciri-ciri anak stunting yang dapat Anda amati dengan melihat fisik dan kondisi anak.

  1. Perawakan lebih pendek dari anak-anak seusianya
  2. Berat badan rendah dibanding anak-anak seusianya
  3. Proporsi tubuh normal tetapi cenderung tampak lebih kecil dari anak-anak seusianya
  4. Cenderung mengalami gangguan berbicara dan kesulitan dalam belajar
  5. Cenderung lebih mudah sakit
  6. Cenderung lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit
  7. Pertumbuhan tulang lambat

 

Cara Cegah Stunting

Cegah stunting dapat dilakukan sejak awal kehamilan. Cegah stunting pada ibu hamil yaitu dengan cara menjaga asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh mulai dari awal hamil hingga saat melahirkan. Ibu hamil butuh nutrisi yang cukup untuk memenuhi gizi dirinya dan janin di dalam kandungannya. Konsumsi juga vitamin saat hamil, terutama asam folat, kalsium, dan zat besi sebagai pelengkap nutrisi ibu hamil.

Aksi cegah stunting dapat dimulai sejak ibu hamil masih remaja, yaitu menjaga kecukupan gizi agar saat mengandung nanti tidak kekurangan gizi. Akses sanitasi dan air bersih juga salah satu cara cegah stunting yang dapat diterapkan sejak awal.

Cegah stunting pada anak sangat penting untuk dilakukan karena gangguan tumbuh kembang akibat stunting bersifat menetap atau tidak dapat diatasi.

Cegah Stunting dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak

Kondisi stunting pada anak sangat bisa dicegah pada periode 1000 hari pertama kehidupan anak dengan cara :

  1. Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) saat bayi baru lahir
  2. Penuhi kecukupan gizi ibu menyusui, terutama saat bayi ASI eksklusif
  3. Siapkan MPASI bayi yang lengkap nutrisi bagi bayi 6 bulan ke atas
  4. Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun, terutama sebelum menyiapkan makanan bayi dan setelah buang air besar atau buang air kecil
  5. Pastikan sumber air minum yang terjamin kebersihannya bagi anak
  6. Rutin ke posyandu atau pusat pelayanan kesehatan tiap bulan untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak. Usahakan kondisi anak selalu berada di garis aman kurva pertumbuhan standar WHO.

Baca Juga: Imunisasi Anak Saat Pandemi Corona di Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *